Menulis Cerpen: Bukan Sekadar
Menyampaikan Informasi
Inilah salah satu kesalahan yang sering dibuat oleh cerpenis pemula: Mereka
berpikir bahwa cerpen itu hanya semacam media untuk menyampaikan informasi
tertentu. Maka hasilnya, karya yang dihasilkan pun tak lebih dari deretan informasi demi
informasi.
Mari kita simak contoh cerita berikut:
“Si A merasa bahwa orangtuanya tidak menyayangi dia. Dia seperti dianaktirikan.
Padahal semua saudaranya selalu disayang dan dimanja. Kenapa si A diperlakukan
secara berbeda? Dia merasa sakit hati, marah pada keluarganya. Lalu suatu hari, secara
tak sengaja dia mendapat info bahwa dia sebenarnya hanya anak pungut. Si A merasa
amat terpukul, lalu dia lari dari rumah.”
Bagi seorang penulis pemula yang masih “lugu”, yang biasanya dia lakukan pada
cerita di atas hanyalah mengembangkan kalimat demi kalimat, sehingga tulisan yang
hanya satu alinea di atas menjadi 6 atau 10 halaman.
Maka, tak ada yang didapatkan oleh pembaca selain informasi yang datar-datar
saja. Tak ada pengalaman bathin, tak ada keindahan apapun yang dirasakan oleh si
pembaca.
Padahal, cerpen adalah sebuah KARYA SENI. Sebagai karya seni, cerpen haruslah
mengandung keindahan, ia meninggalkan kesan yang mendalam di hati pembaca.
Agar tidak bingung, mari kita simak kedua contoh cerita berikut.
Menulis Cerpen _ Newsletter BelajarMenulis.com 2
Cerita 1:
Aku amat sakit hati, orangtuaku sepertinya tidak sayang padaku. Mereka tak
pernah peduli padaku. Aku minta dibelikan baju, jarang sekali dikabulkan. Padahal kalau
saudaraku lainnya yang minta, selalu dikabulkan. Sebel deh! Kenapa mereka
memperlakukanku secara tidak adil seperti itu?
Cerita 2:
Di rumah, aku seperti orang yang terlupakan. Aku ada, tapi seolah -olah tidak ada.
Pernah ketika lebaran, ibu belanja baju-baju baru. Semua kebagian, kecuali aku. Alasan
ibu, “Wah, ibu lupa membelikan kamu. Besok ya, ibu ke pasar lagi. Janji deh, ibu akan
membelikan baju yang paling bagus buat kamu.”
Memang sih, ibu menepati janji. Tapi kejadian seperti itu bukan hanya sekali.
Kedua kakakku selalu dipeluk dengan amat erat, dengan ucapan -ucapan yang amat
membahagiakan. Tapi aku? Hanya dipeluk sekilas, lalu dilepas begitu saja. Aku tak
merasakan sensasi apapun kecuali sentuhan fisik yang membuat leherku seperti
tercekik.
* * *
Coba simak dan rasakan, contoh nomor 2 terasa lebih indah dan berkesan di hati.
Kenapa? Karena dia bukan sekadar menyampaikan fakta. Si penulis mencoba menuliskan
kalimat-kalimat yang indah, unik, asyik dibaca. Pemilihan diksi yang tepat juga membuat
cerita ini menjadi lebih renyah untuk dinikmati.
Ada banyak kiat yang dapat digunakan agar kita dapat menulis cerita seperti itu.
Salah satunya adalah dengan cara rajin membaca karya sastra yang bermutu.
Biasanya, seorang penulis akan mudah tertular oleh gaya bahasa yang dipakai
oleh penulis lain. Bila kamu rajin membaca novel-novel Asma Nadia, maka gaya bahasa
kamu akan seperti Asma Nadia. Setelah saya membaca buku Stephen King, tiba-tiba
saja gaya tulisan saya seperti gaya Stephen King, tanpa saya sadari.
Tak akan ada orang yang bisa menjelaskan bagaimana cara menulis seperti
Stephen King atau Asma Nadia. Semua itu berlangsung secara otomatis, dari alam
bawah sadar kita.
Menulis Cerpen _ Newsletter BelajarMenulis.com 3
Selain buku-buku sastra, rajin pulalah membaca buku-buku jenis lain. Buku apa
saja terserah, asalkan baik dan bermanfaat. Intinya adalah rajin membaca. Bacaan yang
kita lahap sebenarnya ibarat amunisi yang membuat keahlian menulis kita semakin baik.
Selain menambah wawasan/pengetahuan, membaca juga bisa membuat kita
menemukan kosa kata baru, gaya bahasa baru, atau teknik bercerita yang baru.
“Apakah itu tidak menjiplak namanya?”
Sama sekali tidak! Menjiplak adalah mengakui karya orang lain sebagai karya kita
sendiri, atau mengutip tulian oran lain tanpa menyebutkan sumbernya. Kalau kita
sekadar terpengaruh oleh gaya penulis lain, itu sah-sah saja. Tak perlu khawatir!
* * *
Coba simak film Nagabonar. Kenapa film ini begitu legendaris dan tetap dikenang
oleh para pecinta film Indonesia? Jawabannya bukan karena JALAN CERITA film ini yang
menarik. Sama sekali bukan! Justru, masyarakat lebih ingat dan merasa amat terkesan
pada gaya bicara Nagabonar yang khas, termasuk kebiasaannya mengucapkan kalimat,
“Apa kata dunia!”.
Kekhasan gaya Nagabonar itulah yang membuat penonton merasa amat terkesan.
Kalau ditanya “bagaimana jalan ceritanya,” mungkin mereka sudah pada lupa.
Menulis Cerpen _ Newsletter BelajarMenulis.com 4
Karya sastra pun sama seperti itu. Maka bila Anda menulis cerpen atau karya
sastra lainnya, janganlah terpaku hanya pada urusan JALAN CERITA. Ya, itu penting.
Tapi yang paling penting adalah keindahan dan pengalaman bathin yang akan
didapatkan oleh pembaca.
Oke, semoga bermanfaat ya…
Jonru
Bila Anda ingin mendapat lebih banyak kiat penulisan seperti ini,
coba bergabung di Newsletter BelajarMenulis.com.
Klik http://www.belajarmenulis.com/


0 komentar:
Posting Komentar